Minggu, 24 Mei 2009

Bakau di Pulau Ende

Pulau Ende adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat Kota Ende yang jaraknya sekitar 12 km dari pinggir pelabuhan. Jumlah penduduk yang sekitar 8.000 jiwa itu ternyata hampir 95% mengkonsumsi air sumur yang masih terasa ASIN. Walaupun sudah terbiasa dengan hal itu, ternyata mereka masih mendambakan hadirnya AIR TAWAR. Satu-satunya jalan yang paling mungkin adalah dengan menanam BAKAU dan menjadikan sebagian pesisir Pulau Ende sebagai MANGROOVE.
Oombym masih ingat ketika dulu masih kecil sekitar tahun 1980-an, ada sebuah Kapal Tongkang yang hilir mudik Ende - Pulau Ende untuk mengantar Air Tawar ke daerah "asin" itu. Namun, hanya bertahan beberapa tahun saja. Setelah itu, "Back To Basic"... Kembali ke "Air Agak Asin".
Sekitar tahun 1990-an, ketika Oombym menginjakkan kaki di pasir Pulau Ende. Masih tersedia "Air Tawar" (menurut orang Ende "belum tawar", tapi masih dapat diminum) di sebuah sumur yang terletak di sebelah atas lokasi Puskesmas Pulau Ende. Namun, setelah pohon beringin besar yang tumbuh diantara sumur dan bibir pantai itu tumbang karena dimakan usia (lapuk), maka air yang agak tawar itu perlahan tapi pasti mulai mengandung garam yang tidak sedikit.
Ketika Oombym menggali informasi dari orang-orang tua disana, ternyata memang dahulunya ada tumbuh banyak "Pohon Bakau". Dan di lokasi sekita dusun Kemmo, sempat ada aliran sungai yang mengalir dari "Gunung Embu Rambotu". Hal itu terbukti dari adanya gerusan tanah yang ada di sekitar rumah penduduk yang bermukim di Kemmo.
Suatu ketika Oombym sempat berjalan-jalan di pasir dusun Tanjung menuju desa Metinumba sambil mencari kerang yang berserakan. Tanpa sadar kaki Oombym sempat terantuk sebuah akar. Ketika dicermati ternyata itu adalah sebuah akar pohon bakau. Hanya sepotong, tapi masih kuat tertancap di dalam pasir, mungkin juga telah menancap kuat di karang. Hal itu semakin menguatkan kenyataan bahwa sebenarnya Pulau Ende sangat berpotensi untuk ditanami bakau.
Untuk menghadirkan bakau di Pulau Ende, akhirnya Oombym mencoba untuk menanam bakau dari daerah Nangaroro di pantai Pulau Ende. Karena tidak sempat menanam sendiri di Pulau Ende, akhirnya Oombym meminta tolong kepada saudara Oombym yang ada di Pulau Ende untuk menanamnya. Dengan sukarela akhirnya dia menanam bibit bakau tersebut di depan rumahnya. Dalam perkembangannya, ternyata sangat mengagumkan. Karena dalam jangka waktu 2 bulan saja, pohon bakau yang ditanam dengan tinggi sekitar 50 cm itu, mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, tumbuhnya mencapai sekitar 2 meter walaupun dengan daun yang kecil-kecil. 4 bulan kemudian, Oombym mencoba untuk melihat hasil perkembangan bakau tersebut dengan hati yang sangat senang. Tapi ternyata salah, pohon bakau yang sudah mencapai tinggi hampir 3 meter itu mati kering dengan sekarat. Sangat disayangkan. Ternyata saudara yang menanam bakau tersebut persis di depan rumahnya yang berjarak sekitar 20 meter dari tinggi bibir pantai. Karena tidak dapat mensuplai sumber makanan, akhirnya bakau tersebut matri sekarat.
Namun, dari kenyataan yang ada, ternyata dapat ditarik kesimpulan bahwa Pulau Ende sebenarnya dapat ditanami bakau, hanya saja harus ditanggani dengan serius dan benar cara penanamannya, selain harus dijaga dan dirawat.
Oombym yang berupaya untuk kegiatan "Olah Alam Kritis" di Pulau Ende, telah mencoba membangun sebuah kelompok pecinta alam, dengan nama AIDEN Kompas Adventure's yang berupaya terus berpegang tangan dengan GERDAPALA (Gerakan Muda Pencinta Alam) Ende. Berbagai upaya akan kami usahakan untuk menjadikan daerah Pulau Ende menjadi daerah "Mangroove" yang akan menghadirkan "Air TAwar". Semoga apa yang akan kami buat untuk kebaikan masyarakat di Pulau Ende, dan untuk menjaga alam dari kerusakan kritis, senantiasa diridhoi Allah SWT. Amiin....